Everything's Will be Fine

Malam itu, Nino mengendarai mobil sedan yang pertama kali ingin ia gunakan untuk berkencan dengan Nina walau sang pencipta berkata lain. Nino melaju dengan kecepatan normal hingga sampai di depan kost Nina setelah kurang lebih 15 menit memakan waktu.

Tesentak dirinya melihat Nina sudah berdiri di depan pintu pagar kost dan melambaikan tangan serta tak lupa senyum manis khas miliknya. Nina berjalan ke arah pintu pengemudi dan mengetuk kaca mobil Nino. Nino menurunkan kaca mobilnya yang sempat menjadi pembatas antara mereka berdua.

Hi, prince! It’s been a week? I guess?” Ucap Nina dengan nada khasnya setiap ia ingin meledek Nino.

Hi! How's life, pretty?” Jawab Nino dengan senyuman.

Not that good since you weren't around. Kak, turun deh! Let me drive for you tonight! Ini spesial karena akhirnya lu muncul lagi setelah seminggu.”

“Seriusan?”

Tak ada jawaban dari Nina. wanita itu hanya mengangguk dan mencoba membuka pintu mobil pengemudi Nino melalui sela kaca.

Keduanya saat ini sudah bertukar posisi. Keadaan mobil pun masih terasa canggung. Entah, mungkin karena seminggu ini mereka tidak bertemu. Yang satu malu teringat sekumpulan pesan yang ia kirimkan beberapa saat lalu dan Yang satu sebenarnya sedeng mengagumi betapa cantiknya paras wanita disebelahnya.

“Kak, ngaku sama gue, pasti lu stres kan? Terus kayak mau teriak gitu.” Suara Nina membuyarkan lamunan Nino. Sekarang matanya kembali mentap jalanan malam hari yang masih ramai.

“Iya sih, mau.”

“Kak, are you better now? Gue biasanya sama abang kalo lagi stres mainnya ke jalan tol. Drive santai aja terus nanti buka kaca, teriak deh.”

“Polusi suara, Nin.”

“Gak gituuu, teriaknya tetep dalem mobil tapi kacanya dibuka dikit biar nanti gendang telinga gue juga gak pecah.”

“Ampuh gak?”

“Ampuh banget! Biasanya habis teriak jadi laper.”

“Hahaha! Oke, do whatever suits you tonight since i miss you a lot.” Jawab Nino sambil mengusap-usap halus kepala Nina.

Caress her hair is actually Nino's personality trait


“Kak, udah mau teriak belum? Gak papa keluarin aja semua, gue biasanya cursing. Semuanya gue absen dari yang good sampe chaotic evil.” Nina membuka kaca mobil di sebelah Nino melalui tombol otomatis dari kursi pengemudi. Mulai terasa angin sejuk mulai masuk ke dalam mobil Nino dan dengan lembut menyentuh kulitnya. Rambut laki-laki di sampingnya juga terlihat mulai berantakan.

Tak butuh waktu lama, sumpah serapah mulai keluar dari mulut Nino. Di saat yang bersamaan, Nina hanya memperhatikan lelaki di sampingnya dengan khawatir, ia tak pernah tau bahwa akan ada segudang amarah dan resah di dalam dirinya yang terlihat baik-baik saja. Keadaan jalan malam itu cukup sepi, berbanding terbalik angin yang terus keluar masuk mobil dari jendela.

“Aduh bentar, Nin. Mampir rest area dong, haus nih teriak-teriak mulu.”

Nina masih bingung dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Nino. Laki-laki ini benar satu di dunia, tak pernah sepanjang sejarah hidupnya bersama Kak Tara saat harus melakukan ritual teriak diselingi dengan jeda haus ingin minum. Kemudian, Nina hanya tertawa, menurutnya itu sangat lucu.

Sesampainya di rest area, keduanya membuka bagasi belakang mobil dan duduk sambil melihat bintang-bintang di langit yang sebenarnya sama sekali tidak ada malam itu.

“Kak, gue mau nanya deh. Kok mobil Pajero lu sering dipake Kak Hadya sih?” Tanya Nina sambil mencoba membuka tutup minum yang masih tersegel.

“Emang itu mobil Hadya. Oh… gara-gara waktu pertama kali kita mau jalan ya? Awalnya gue bawa mobil ini, yang lagi kita pake tapi waktu itu mogok hahaha. Terus gue gojek dulu ke rumah Hadya minjem mobil.” Jelas Nino sambil mengambil alih dan membuka tutup botol yang tadi Nina sempat coba untuk buka.

“Terus makannya waktu itu rambutnya basah? Hujan kan waktu itu?”

“Iya hahaha!”

Nina kembali menatap langit-langit, keadaan hatinya sangat campur aduk. Semua aksi Nino yang tidak pernah ia sadari, betapa hal-hal kecil itu membuatnya sangat tersentuh sekarang. Tak semua bisa dijabarkan, namun rasanya memang banyak sekali hal yang laki-laki ini sudah lakukan untuknya.

“Nin, to respond to your chat today, thank you udah mau cerita sama gue. Gue gak tau kalau mantan lu sefreak itu. I'm sorry that you had to through that shit! Nin, gue sebenernya sebelum jemput lu udah nyiapin sesuatu tapi baru bisa dikasih nanti waktu kita udah balik. Oh iya, soal gue, i'm fine now. Waktu hari minggu, Mami tiba-tiba ditampar sama orang. I failed to protect her! Gue pikir setelah kejadian itu gue masih bisa berangkat ke kampus karena kayak yang lu bilang, soal tanggung jawab. Tapi ternyata gue harus- ya biasa, kena ceramah dulu sekitar 4 jam. Terus setelah itu gue ngerasa low banget, makannya gue jauh-jauh dari hp. Sorry ya, Nin. I'm sorry too that I can't explain exactly what happened to me. I'm not ready.” Jelas Nino panjang lebar.

“Kak, maaf... gue baru tadi kejadiannya kayak gitu dan gak papa! I guess it's my turn to wait for you? Lu juga nunggu gue berbulan-bulan.Kalau udah siap buat cerita, cerita aja ke gue. Mungkin gue juga gak bisa banyak kasih saran yang ampuh karena kata Icha kalo dengerin orang cerita terus kita kasih saran tapi sebenernya kita gak terlalu familiar sama masalahnya bakal keliatan ignorant. But at least, for you, I can hear your story so that you feel at ease afterwards. Kita impas nih!”

Tak henti sampai situ, Nino dan Nina menghabiskan waktu di rest area untuk membahas banyak hal, mulai dari yang pembahasannya berat hingga membahas hal-hal aneh yang pernah Nino lakukan. Kali ini giliran cerita bagaimana Nino menemukan kura-kura di pinggir gedung Fisip dan meminjam mangkok kantin agar ia bisa membawanya pulang ke rumah dengan kondisi baik-baik saja karena dari yang ia pelajari, kura-kura butuh air.

“Eh, aku, eh, gue... apa ya? Aku deh... aku mau bikin webinar, nanti kamu ngomong 3 jam. Isinya kamu cerita semua hal random yang udah pernah kamu lakuin gitu. Gimana?” Tanya Nina sambil menatap dalam mata Nino.

“EH JANGAN GITU DONG NGELIATINNYA! AH MALES, AYO BALIK LAH, YA TUHAN TOLONGGGGGG!” Jawab Nino sambil bangun dari duduknya.

“KENAPA SIH JADI ORANG GAMPANG BANGET WHIPPED?” Ucap Nina sambil mengikuti Nino dari belakang.

“KANINA EER LAYALI PLEASE STAY AWAY FROM ME!”

“NAMA AKU IR BUKAN EER!”

“LAH? SOTOY!”

“AKU YANG PUNYA NAMA! DASAR NUR!”

“NOER BUKAN NUR”

“NUR!”

“EER”

“ANJING MARKIANO!”

“JERAPAH KANINA!”

“APA SIH? IH INI KENAPA JADI LARI-LARIAN? JADI BALIK GAK?” Teriak Nina yang berada di sebrang kanan mobil dan Nino yang berdiri di sebrang kiri mobil.

“Mau, tapi peluk dulu.” Kata Nino dengan enteng.

Dengan langkah lunglai, Nina menghampiri Nino dan membuka tangannya dengan lebar agar lelaki itu bisa masuk ke dekapannya.

“Nini, perfume Dior aku jangan lupa digantiin.” Bisik Nino di telinga Nina dengan lembut.

“Kamu mau aku cubit apa pukul?” Bisik Nina kembali di kuping Nino.

“Bercanda.”

Before you came into my life Everything was black and white Now all I see is colour Like a rainbow in the sky Colour – MNEK