Ini Bukan Rapat
Seperti yang Nina janjikan beberapa yang hari lalu, setelah menyeselesaikan kursus dengan Isa, ia bersedia untuk menjadi teman latihan que card acara EDSA Day Nino. Namun, kenyataannya sekarang berbeda jauh dari apa yang Nina bayangkan. Di lantai satu, kini, Nino sedang berdiri di atas meja hasil dari paksaan Jule dan Hadya yang berlindung dibalik tameng “No, nanti EDSA Day panggungnya tinggi. Latihan dari sekarang aja, tapi pake meja dulu”. Sekarang Nina, Jule, Hadya, Isa, Mika, Mami serta Papi Nino duduk bersila di lantai sebagai penonton, begitu juga beberapa ART yang tak sengaja berkumpul juga untuk menyaksikan latihan Nino.
“Ah, kok jadi semuanya ngeliatin? Males.” Nino menghentakkan kakinya ke meja.
“Ko, kamu gak keren banget. Aku jadi MC acara Children's Day kemarin.” Kata Mika dengan suara kecilnya yang lucu yang mengundang beberapa gelak tawa dari para 'penonton'.
“Okay, Okay. Hello everyone! I'm Markiano Iskandar and I'm today's host for EDSA Day.”
Jule dan Hadya yang dengan sekuat tenaga menahan keluarnya suara tawa dari mulut mereka, Mika dan Nina yang juga saling melirik satu sama lain membuat Nino menjadi jadi tak enak hati. Suasana rumah yang sebenarnya menjadi hidup berbanding terbalik dengan Nino yang sekarang sudah turun dari meja yang tadi ia naikki tadi dengan raut muka lelah.
“Ko, kamu mau jadi MC acara jurusanmu, bukan mau ikut Papi sidang MPR. Why are you so stiff, Markiano?” Seisi ruangan sekarang sudah tertawa lepas karena betul his first attempt was so stiff.
“Tau, No! Lu kan di EDSA artis, ngapain tegang banget?” Kali ini giliran Jule yang buka mulut.
Sekitar 45 menit dihabiskan oleh Nino untuk berlatih que card EDSA Day pertamanya. Seiring waktu berjalan, akhirnya hanya ada satu penonton yang masih setia mendengarkan celotehan Nino. Jule dan Hadya sudah kembali ke kamar Nino yang memang sudah seperti kamar sendiri dan yang lain melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
“Kak, udah bagus kok kata gue. Cuman mungkin kalo bisa jangan terlalu scripted gitu, mungkin nanti lu banyakin interaksi aja sama penontonnya biar gak tegang-tengang banget. But overall, you did a very great job! Proud of you!” Jelas mendengar kata-kata Nina membuat Nino sangat senang. Laki-laki itu sudah tidak berdiri di atas meja sejak hanya Nina yang menjadi penonton setianya. Keduanya tadi duduk berhadapan sambil sesekali tertawa bersama.
“Thank you, my very supportive mate!” Kata Nino sambil, seperti biasa, mengelus puncak kepala Nina.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Sebenarnya Nina dan Nino memiliki rencana untuk malam minggu bersama, namun ternyata semuanya harus ditunda karena ternyata keluarga Nino sudah terlebih dahulu memiliki rencana yang sama. Mau tidak mau Nina harus mengalah karena tentunya waktu bersama keluarga tidak bisa diganggu gugat.
Duhai sayang Denganmu tenang Hanya kau yang mampu Buat penuh hatiku Kusebut namamu Dalam hening doaku – Yura Yunita