It's Fate

Nino berjalan menuju gate keluar setelah berpisah dengan Jule dan Hadya yang ada 'kegiatan' masing-masing. Tanpa waktu panjang Nino bisa menemukan Nina yang sedang berdiri persis di pintu keluar, namun kali ini dengan gaya rambut cepol.

“Halo. Sorry, ini Nina kan? gue mau ambil parfum.” Nino hanya ingin memastikan bahwa orang yang ia ajak bicara sekarang adalah benar Nina.

“Eh? Oh, iya kak. Ikut saya aja ke atas. Parfumenya tadi nyampur sama barang sitaan lain.” Ajak Nina sambil menunjuk satu pintu di lantai dua yang bertuliskan 'Resticted Area Staff Only'. Tanpa banyak bicara Nino mengikuti Nina dari belakang menuju lantai dua. Keduanya menaiki eskalator yang sempat jadi momen awkward mereka karena satu sama lain mempersilakan untuk naik lebih duluan.

“Bentar ya kak. Saya masuk dulu ke dalem.” Ucap Nina kepada Nino saat ia sudah sampai ke tempat tujuan.

5 Menit berlalu, Nina masih belum juga keluar dari dalam ruangan staf tersebut. Nino sempat berniat untuk membuka pintu tersebut, takut bahwa terjadi sesuatu kepada Nina di dalam.

Disaat Nino memegang knop pintu, dari arah yang berlawanan Nina membuka pintu dengan muka panik.

“Kak, sebentar. Ini parfumnya tiba-tiba ilang, padahal udah saya taro tadi di box yang warna biru.” Kata Nina sambil menunjuk sebuah kardus berwarna biru yang ada di dalam ruang staf.

Nino masih terdiam, terlebih lagi ia teringat omongan Hadya yang sempat mendoakan parfumnya hilang. Rasanya setelah ini Nino tidak akan berhenti memaki Hadya karena doanya yang ngaco itu.

Waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Acara festival memang selesai satu jam lebih lama dari rundown yang ada karena beberapa kendala teknis. Cukup lelah setelah berdiri lama dan jingkrak-jingkrak selama acara festival, Nino dengan mudah menyerah untuk menunggu parfumnya.

“Oh, it's okay, kan awalnya emang harus disita juga. Gue balik aja, temen gue udah nunggu di bawah lama juga.” Ucap Nino yang kemudian langsung berbalik badan berjalan menuju eskalator turun tanpa membiarkan Nina membalasnya.

“Eh, kok pergi? KAK BENTAR DULU! ITU PARFUM MAHAL, SAYA NGERASA BERSALAH. KAK WOY EH PERGI BENERAN ORANGNYA. WOY MARKIANO ASTAGA!” Teriak Nina sambil berjalan mengikut Nino dari belakang yang sama sekali tidak digubris Nino.

Sekarang Nina sedang berdiri dekat tembok eskalator. Ia berpikir bagaimana bisa orang ini terlihat masa bodoh dengan parfum jutaannya yang hilang.

“Aduh, mampus deh gue.” Nina mengusap kasar muka dan mengacak-ngacak rambutnya yang diikat cepol sambil beberapa kali membenturkan kepalanya ke tembok.

Ia menuruni eskalator penuh dengan ribuan skenario yang dia anggap berpotensi terjadi setelah ini, seperti mungkin Nino akan membuatnya viral atau gosip miring akan disebar Nino di kampus nanti.

To you, My silly Where I never realized it lead to what 'Us' now.